Rabu, 07 Oktober 2009

Kudus, Bagian Dari Sejarah Perkembangan Islam di Jawa


NAMA aslinya Sayyid Ja'far Shodiq. Namun lebih dikenal sebagai Sunan Kudus. Sementara yang lebih sering disebut Sunan Muria aslinya bernama Raden Umar Said.
Paling mudah dikunjungi adalah makam Sunan Kudus yang lokasinya berada di kota tersebut. Sementara makam Sunan Muria berada di daerah pegunungan Muria, di sisi utara kotaDari ibukota Pro­vinsi Jawa Tengah, Semarang, Kudus berada di sisi timur sejauh sekitar 40 kilometer. Dengan transportasi umum hanya perlu waktu sekitar satu jam.

Tidak sulit menemukan makam Sunan Kudus karena berada dalam satu kompleks de­ngan ikon kota tersebut yaitu Menara Kudus dan Masjid Al Aqsa. Kompleks itu sendiri hanya berjarak sekitar 1,5 kilometer ke arah barat Alun-Alun Simpang Tujuh kota. Secara administratif berada di wilayah Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota.

Yang terlihat menonjol dari kompleks itu adalah Menara Kudus yang tingginya sekitar 18 meter. Bentuk uniknya yang merupakan perpaduan budaya Hindu dan Islam langsung menarik perhatian.

Tersusun dari batu bata merah layaknya candi Hindu bangunan dengan dasar sepuluh meter persegi itu berfungsi sebagai menara masjid. Berdasarkan catatan sejarah, menara itu dibangun sekitar tahun 1687 Masehi.

Pengaruh Hindu terlihat pada proses pem­bangunannya. Konon batu-batu itu disusun tanpa perekat. Hanya sekadar saling digosok dan kemudian ditempel sehingga tidak tersedia ruang bagi udara.

Ciri lain yang menunjukkan pengaruh Hindu adalah adanya selasar di kaki menara, yang dalam juga biasa ditemukan pada candi-candi Hindu dan disebut pradaksinapatta.

Tepat di samping Me­nara, terletak ba­ngu­nan Masjid Al Aqsa. Catatan sejarah menunjukkan pembangunan masjid tersebut sekitar tahun 956 Hijriah atau 1549 Masehi. Yang unik dari masjid tersebut adalah gapura kembar yang berada di serambi masjid dan di dalam masjid. Konon gapura itu adalah benteng kewalian Sunan Kudus.

Di kedua sisi masjid terdapat masing-masing delapan pancuran untuk berwudu. Pancuran itu adalah bagian bersejarah dari masjid tersebut, karena dibangun dengan teknik konstruksi layaknya membangun candi Hindu. Berbahan batu bata merah dan disusun tanpa perekat.

Kini, masjid seluas 1.723,8 meter persegi itu menjadi salah satu pusat pendidikan Islam. Setiap hari, puluhan santri menghafal Alquran dan bertadarrus di masjid tersebut.

Khusus pada bulan Ramadan, seusai jamaah Salat Subuh diadakan pengajian tafsir Alquran oleh KH Sya'roni Ahmadi, salah satu kyai sepuh di Kudus. Ribuan warga kota Kudus berbondong-bondong mengikuti pengajian tersebut. Sumber: Jawapos.com (detikpos)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

tuan raja hamba sudah mengambil banneer tuan raja dan sudah terpasang pada widged blog hamba

maju terus tuan raja
salam dan sukses

Hello Assalamu'alaikum sahabat blogger tercinta atau siapapu yang datang kesini. Silahkan baca artikelnya mudah-mudahan bermanfaat kalo sudah baca jangan lupa memberikan komentar, apapun komentarnya, yang enak maupun yang tidak enak, boleh memuji maupun mencela yang penting kasih komentar. Makasih yah.

ZIKIR YANG AMPUH

Award Dari Sahabat

    Award dari Sahabat

Blog Sahabat

Bendera Negara Pengunjung

free counters